Harus (kah) Mencintaimu
BAB IV
BAB IV
Dan disinilah aku sekarang. Duduk di pelaminan bersama kak Ken. Emm… Mas Ken, dia kan sekarang bukan kakak(IP) ku lagi. Sedang anak – anak entah dibawa kemana oleh sepupu Mas Ken. Ibu dan Ayah sibuk menemui tamu undangan. Dan aku, sibuk meratapi nasib.
“Andah….” Ucap seseorang yang duduk disampingku.
“Ya, ada apa mas?”
“Kamu tidak apa – apa? Kenapa melamun terus dari tadi?”
Ish…. Kepo banget sich. Aku sedang meratapi nasibku ini tau. Kenapa aku hanya jadi seorang pengganti, pengganti kakakku dihatimu. Tak bisakah kamu menikahiku karna cinta??! Entah apa itu yang namanya cinta aku juga tak tahu. Masa aku harus bilang kaya gitu ke kamu Mas, , , , ,
“Aku tidak apa – apa. Hanya sedikit cape dengan semua prosesi nikah ini.” Kilahku, “Tak bisakah aku masuk sekarang? Rasanya badanku sudah kaku semua” sambungku cepat agar dia tak menanyaiku apa – apa lagi.
“Aku kira kita sudah bisa istirahat sekarang, tamunya juga sudah pada pulang.” Jawabnya.
“Baiklah aku masuk dulu, Mas.”
“Ya, sebentar lagi aku menyusul”
Bodo, EGP, emang gue pikirin, batinku. MasyaAllah… sabar Andah dia itu suamimu. Ngga sepantasnya kamu begitu, kualat ntar.
Dengan langkah cepat aku menuju kamar tidurku. Bodo amat dengan kebaya yang aku pake saat ini. Kepalaku sudah berat sekali dengan segala aksesoris yang menempel di hijabku. Sepertinya dengan berendam akan merilekskan badanku.
Setelah sampai kamar aku langsung melepaskan semua atribute yang ada di seluruh badanku dan bergegas menuju kamar mandi hanya dengan berbekal handuk.
“Hhmm …… indahnya dunia” gumamku saat berbaring di Bathtup ku.
Hampir setengah jam mungkin aku berendam di kamar mandi. Setelah merasa otot – otot tubuhku sudah merileks lagi aku membersihkan diri di shower dan memakai handuk. Dan, dan, dan betapa terkejutnya aku saat keluar dari kamar mandi dengan pemandangan yang terpampang nyata di mataku.
Mas Ken yang sedang berdiri ditengah ruang kamar dengan bertelanjang dada. Hah, betapa bidangnya dada itu, betapa tegapnya tubuh itu, tangan itu sangat kekar dan mata itu… me-lo-tot memandangku. MELOTOT??! Seperti baru tersadar dengan keadaanku saat ini oh, Tuhan. . . aku Cuma mengenakan handuk yang hanya menutupi tubuh bagian atasku sampai paha saja. Dan apa yang kulakukan!! Hanya melotot memandanginya. Betapa malunya aku… kini kurasakan panas di wajahku. Entah sudah seperti apa wajahku saat ini, badutkah… maybe.
Dengan cepat aku berlari ke lemari, mengambil entah apa yang bisa ku ambil dan bergegas kembali ke kamar mandi lagi. Rasanya jantungku berdetak 2x lipat lebih cepat dari biasanya seperti sudah lari marathon keliling lapangan Gelora Bung Karno 10x saja. Masih punya mukakah aku di depan Mas Ken? Jawabannya jelas NGGAK. Walaupun dia suamiku tapi ngga secepat ini juga dia lihat aku dalam keadaan seperti itu. OMG… betapa bodohnya kamu Andah. Dasar bodoh, bodoh, bodoh, umpatku dalam hati.
Hampir seperampat jam aku nenangin detak jantungku di kamar mandi. Dan saat aku keluar,
“Sudah selesai mandinya?” Tanya Mas Ken dengan senyum geli(?). but why? Pasti karena tingkah laku ku tadi.
“Ya,” jawabku seadanya.
“Tidak ingin masuk lagi? Mungkin kali ini denganku.” Ucapnya dengan seringaian di sudut bibir kanannya. Mama… ngga kuat sama pesonanya. Kenapa baru sekarang aku lihat itu. Pengen loncat ke pelukannya. Eh, sadar Andah.
“Tidak” Elakku, “A..Aku su..sudah wudhu, mau sholat Isya’ dulu” knapa suaraku udah macam Azis gagap aja. Mama…panas dingin ini anakmu.
“Oke, tunggu sebentar ya. Aku mandi dulu lalu kita sholat Isya’ berjamaah”
“Ya, baiklah.” Pasrahku.
♥ :-) ♥
“Mas, mas Ken bangun. Bentar lagi adzan Subuh.” Ucapku sambil menggoyang – goyangkan tangannya.
“Hhmmm…” gumamnya.
“Bangun Mas, udah mau Subuh.” Duh,,, tambah cakep dan imut deh kalo lagi tidur gini. Udah kaya Mikail aja. Buah emang jatuh ngga jauh dari pohonnya.
Setelah mempersiapkan pakaian kerjanya aku berpindah ke kamar anak – anak. Membantu mereka mempersiapkan diri untuk berangkat sekolah.
Kalian pasti bertanya apa yang terjadi setelah aku dan Mas Ken sholat Isya’ dan jawabannya, tidak terjadi apa – apa. Ya, tak terjadi apa – apa karna setelah sholat Isya’ aku benar – benar menyibukkan diri sendiri. Entah itu dengan merapikan pakaian di lemari yang sudah rapi, alhasil bukan rapi yang didapat tapi malah membuat berantakan. Tapi tak apa aku akan bereskan lagi, dengan ini aku jadi punya alasan untuk berlama – lama tidak berdekatan dengannya.
Dan saat aku telah selesai merapikan baju – bajuku_Kali ini benar – benar rapi_ Aku lihat Mas Ken sudah tidur lelap di tempat tidur. Malam pertama aman. Dasar isteri ngga bener. Hehee
Ngga selamanya kita bisa lari dari kenyataan, karena pada suatu titik kita harus siap menghadapi kenyataan yang akan menimpa kita.
0 komentar:
Posting Komentar
~*~ Setelah membaca jangan lupa meninggalkan komentarnya, untuk kemajuan blog ini. Terima kasih atas kunjungannya ~*~