PopAds.net - The Best Popunder Adnetwork

Senin, 30 Desember 2013

Contoh Syair Bahasa Indonesia : Syair Abdul Muluk


Berikut beberapa contoh syair bahasa indonesia, beserta tema dan pesan atau amanat yang terkandung dalam syair-syair tersebut. Semoga bermanfaat untuk pLend" semuwa...

Syair Abdul Muluk

Berhentilah kisah raja Hindustan
Tersebutlah pula suatu perkataan
Abdul Hamid Syah paduka sultan
Duduklah baginda bersuka-sukaan

Abdul Muluk putra baginda
Besarlah sudah bangsawan muda
Cantik menjelis usulnya syahda
Tiga belas tahun umurnya ada

Parasnya elok amat sempurna
Petah menjelis bijak laksana
Memberi hati bimbang gulana
Kasih kepadanya mulia dan hina

Akan Rahmah puteri bangsawan
Parasnya elok sukar dilawan
Sedap manis barang kelakuan
Sepuluh tahun umurnya tuan

Sangatlah suka duli mahkota
Melihat puteranya besarlah nyata
Kepada isteri baginda berkata
"Adinda Nin apalah bicara kita?

Kepada fikir kakanda sendiri
Abdul Muluk kemala negeri
Baiklah kita beri beristeri
Dengan anakanda Rahmah puteri"

Permaisuri menjawab madah
"Sabda kakanda benarlah sudah
Akan anakanda Sitti Rahmah
Patutlah sudah ia berumah"

Bertitah pula baginda sultan
"Esok hari istana hiaskan
Adinda jangan berlambatan
Kerja nin hendak kakanda segerakan"

Mendengarkan titah sultan paduka
Permaisuri menjawab lakunya suka
"Alat perkakas hadirlah belaka
menantikan sampai saat ketika"

Telah sudah baginda berperi
Berangkat keluar mahkota negeri
Serta sampai ke balairung sari
Didapati hadir sekalian menteri

lalulah bertitah baginda sultan
Kepada Mansur wazir pilihan
"Berhadirlah kakanda alat pekerjaan
Abdul Muluk hendak dikawinkan

patutlah sudah ia beristeri
Dengan anakanda Rahmah puteri
Esok himpunkan hulubalang negeri
Kerja hingga empat puluh hari

Sudah bertitah raja yang gana
berangkat masuk ke dalam istana
Akan mansur yang bijaksana
Mengerjakan titah dengan sempurna

Telah datang keesokan hari
Berhimpun sekalian seisi negeri
Serta dengan anak isteri
Mansur menghiasi balairung sari

Orang mengatur sudahlah selesai
dari istana sampai ke balai
Indah rupanya tiada ternilai
Segera yang melihat heran dan lalai

Beberapa kali meriam dipasang
Bersambutlah dengan gong dan gendang
Joget dan tandak topeng
dan wayang
Tiadalah sunyi malam dan siang


Akan segala hulubalang menteri
Penuh sesak di balairung sari
Menghadap baginda sultan bestari
Setengah bermain catur baiduri



Demikianlah kerja paduka sultan
Sehari-hari minum dan makan
Dagang senteri semuanya dihimpunkan
Berbagai jenis tambul angkatan

Tiadalah hamban panjangkan peri
Sampailah kerja empat puluh hari
Sultan menghiasi putera sendiri
Diatas singgasana balairung sari

Beraturlah raja berjawab-jawaban
Penuh-sesak dibalai penghadapan
Serunai nafiri bersahut-sahutan
Nobat dipalu meriam dipasangkan

Memakailah konon muda teruna
Betapa adat raja yang gana
Dengan selengkapnya sudah terkena
Manis seperti halwa cina

Sudah memakai muda bangsawan
Wajahnya cemerlang kilau-kilauan
Cantik menjelis sebarang kelakuan
Patut putera yang dipertuan

Putera memakai selesailah sudah
Lalu dipimpin duli khalifah
Di atas perarakan dinaikkanlah
Terkembanglah payung kemuncak bertatah

Setelah mustaid sekalian rata
Lalu berarak keluar kota
Meriam dipasang bahan gempita
Laskar hulubalang bermain senjata

Ada setengah gila bersorak
Bertempik sambil mengadangkan tombak
Orang melihat tertawa gelak
Segenap lorong penuh dan sesak

Kebanyakan pula berlari-lari
Hendak melihat putera bestari
Berdahulu-dahuluan sama sendiri
Anak didukung sebelah kiri

Orang berarak terlalu bena
Tersebut perkataan di dalam istana
permaisuri yang bijaksana
Rahmah dihiasi dengan sempurna

Terlalu baik parasnya puteri
Sedap manis tidak terperi
Putih menjelis durja berseri
Tiada berbandingan di dalam negeri

Cantik manis tiada berlawan
Memberi hati pilu dan rawan
Lemah-lembut sebarang kelakuan
Segala yang memandang belas-kasihan

Sekalian alat sudah terkena
Didudukkan diatas peterana ratna
Menghadap nasi berastakona
Beraturlah siti anak perdana

Tersebutlah khabar orang berarak
Riuh dengan tempik dan sorak
Serta dengan joget dan tanda
Beberapa hamburan emas dan perak

Setelah petang sudahlah hari
Mempelai diarak orang kembali
Langsung sekali ke balairung sari
Disambut raja-raja kanan dan kiri

Sampai kembali muda teruna
Diiringkan Mansur wazir perdana
Disambut sultan dengan sempurna
Dibawanya masuk kedalam istana

Setelah datang ke dalam puri
Didudukkan baginda di kanan puteri
Keduanya sama manis berseri
Laksana bulan dengan matahari

Isteri Mansur wazir berida
Menyelampai tetampan berkida-kida
Berdatang sembah lakunyasyahda
"Santaplah tuan dengan adinda"

Mendengarkan sembah bini menteri
Tersenyum sedikit muda-bestari
Santap pun tidak berapa peri
Bersuap-suapan laki isteri

Sudahlah santap muda bangsawan
Santap sirih di dalam puan
Bertitah pula yang dipertuan
"Bawalah isterimu masuk peraduan"

Setelah didengar Abdul Muluk
Tersenyum sedikit lalulah tunduk
Dipandang baginda terlalu elok
Sedap manis tiada bertolok

Bangkit berdiri muda bangsawan
Lemah lembut malu-maluan
Dipegang tangan adinda tuan
Dibawanya masuk ke dalam peraduan

Tersenyum manis sultan mengindera
Suka melihat keduanya putera
Laki-isteri sama setara
Belumlah sampai budi-bicara

Setelah selesai muda bangsawan
Berangkat kembali yang dipertuan
Berjamu menteri hulubalang sekalian
Makan dan minum bersuka-sukaan

Tiada lagi dipanjangkan madah
Sehingga itu jadilah sudah
Tujuh hari sudah sampailah
Bersiramlah putera paras yang indah

Sudah bersiram muda teruna
Diberi memakai dengan sempurna
Didudukkan diatas peterana ratna
Santaplah nasi yang berastakona

Tiadalah hamba panjangkan peri
Duduklah baginda bersuka-sukaan
Tiga bulan sepuluh hari
Berdamailah baginda laki-isteri

Sangatlah suka paduka sultan
Melihat anakanda putera bangsawan
Dua laki-isteri berkasih-kasihan
Duduklah baginda membujuk isteri



Tema : "Syair Abdul Muluk" adalah kisah putra raja yang bijak. 

Pesan atau amanat hendaklah kita menjadi orang yang bijak dan baik budi agar dicintai sesama. Syair ini termasuk Syair Panji






Syair Ken Tambuhan

Dengarkan tuan kisa bermula
Citranya ratu dahulu kala/
Saban dari batara kala
Negerinya besar tidak bercela(h)/

Nama negerinya Cempaka Jajar
Tahta kerajaan amatlah besar/
Tidak terbilang rakyat dan laskar
Segenap negeri kedengaran khabar/
Beberapa banyak menteri dimati
Takluk kepada ratu yang sakti/
Datang meng(h)adap tidak berhenti
Sebilang tahun menghantarkan upeti/
Beberapa raja-raja yang bermahkota
Nunduk hidmat ke bawah tahta/
Menghantarkan putranya emas dan harta
Sekalianlah di bawah titah Sang Nata/
Demikianlah pesannya Ratu Kuripan
Negerinya cukup alat kelengkapan/
Gagah berani usulnya tampan
Banyaklah raja-raja malu dan sopan/
Beberapa pula bawahan negeri
Persembahkannya putranya putri/
Serta segala anak-anak menteri
Ke bawah duli Ratu Bastari//

Masyhurlah wartanya ratu terbilang
Negerinya ramai bukan kepalang/
Dengan permainan tidak berselang
Berjamu menteri punggawa hulubalang/
Terlalu suka Ratu Pastari
Serta dengan permaisuri/
Melihat paras segala putri
Dipeliharakannya seperti putranya sendiri/
Diperbuatkan baginda taman suatu
Dipagarnya dengan kota batu/
Terlalu indah tamannya itu
Tempat menaruh anak para ratu/

Di tengah taman sebuah kolam
Di tepinya diikat dengan batu itam/
Airnya jernih tiba dalam-dalam
Sekedarnya boleh tempat menyelam/

Beberapa banyak bawahan istana
Beratur dengan jem(b)atan ratna/
Kuntum dan bunga berbagai warna
Burung dan angkasa berjenis di sana/
Di dalam taman sebuah balai
Perhiasannya inda tidak ternilai/
Bertulis awan bunga bertangkai
Kalau angkasa berbagai-bagai/

Balainya diperbuat empat puluh ruang
Tingkapnya berukir berkerawang/
Di batu di cermin kaca diselang
Disinar syams gilang-gemilang/
Di sanalah berhimpun segala putri
Beserta sekalian anak menteri/
Dititahkan oleh permaisuri
Duduk bertenun sehari-hari/
Sebermula Sri Nara Indra
Baginda tua konon sudah berputra/
Seorang laki-laki tiada bertara
Raden tua tidak bersaudara/
Namanya Inu Kertapati
Arif dan bijak perwira sakti//

Parasnya laksana yang sesejati
Segala yang melihat gila beringati/
Diperbuatkan baginda sebuah istana
Lengkaplah dengan jambangan setana/
Segala permainan ada di sana
Tempatnya itu yang bijaksana/
Tujuh belas tahun umurnya anakanda
Terlalu kasih ayahanda dan bunda/
Beberapa kedayan yang muda-muda
Sekaliannya anak menteri berbeda/
Selamanya besar raden menteri
Mungkin bertambah sayangnya negeri/
Memalu gamelan sehari-hari
Berjenis permainan sahaja dicahari/
Segala anak menteri yang muda-muda
Berlajar memanah di atas kuda/
Sentiasa hadirlah ada
Sedia melayani putra baginda/
Tersebutlah kisahnya suatu peri
Citranya ratu diangkat diri/
Baginda berputra seorang putri
Parasnya laksana anak-anak sang biduari/
Namanya Raden Puspa Kencana
Elok manjelis terlalu bina/
Dengan perintah dewa yang gana
Putri pun lenyap di taman setana/

Adalah kepada suatu hari
Bermain ke taman raden putri/
Diiringkan sekalian anak-anak menteri
Inang pengasuh kanan dan kiri/
Sudah bersiram lagu memakai
Kalah pun duduk di atas balai/
Mangku berbunga berbagai-bagai
Ada yang berkarang ada yang bertangkai/
Ramainya tidak lagi terperi
Dengan dayang-dayang anak-anak menteri/
Ada yang setengah bertindak menari
Datanglah pertanda Dewa Johari//
Sekonyong-konyong gelap gulita
Matahari tidak kelihatan nyata/
Kilat dan petir jangan dikata
Sekaliannya tersujutlah anggota/
Datanglah dewa dengan hebatnya
Disambarnya putri serta pengasuhnya/
Gaib dermata dayang sekaliannya
Masing-masing tersujut dengan tangannya/
Gempar dan geger dayang sekalian
Masing-masing berteriak berlarian/
Ada yang dahulu ada yang kemudian
Sambil menyeru sengkuta dan bina/
Lenyaplah sudah raden putri
Sekalian menangis pulang berlari/
Meng(h)adap Sang Nata dewa laki istri
Baginda pun tersujut tidak terperi/
Sekaliannya mengharu dikata
Berdatang sembah dengan airnya mata/
Anakanda disambar sukma dewata
Bina dan sengkuta bersama semata/
Setelah baginda men(d)engarkan sembah
Kedua laki istri pinginlah merabah/
Seisi istana baginda gelabah
Selaku belalang yang kena tubah/
Menderulah ratu di dalam puri
Mengatakan hilang raden menteri/
Masuklah patih sekalian menteri
Mengerahkan punggawa pergi mencahari/
Sekalian menyembah membawa angkatan
Pergi mencahari segenap hutan/
Meratalah padang gunung daratan
Ada kulon ada yang ke wetan/
Hati beberapa bulan dan termasya
Punggawa mencahari sehabis kuasa/
Segenap negeri peminggiran dan dunia
Jurang lautan semuanya diperiksa/
Kembalilah segala punggawa menteri
Termasuk meng(h)adap patih Johari//
Ratalah sudah beta mencahari
Tiadalah bertemu dengan raden putri/
Patih pun segera meng(h)adap Sang Nata
Persembahkan seperti kabar dan warta/

Setelah baginda men(d)engarkan kata
Jujur terhambur airnya mata/
Lebihlah pula menangis permaisuri
Sambil meratap berbagi peri/

Anak Angsuna Kemala negeri
Ke manakah tuan membuangkan diri/
Buah hati emas tempawan
Putranya bunda hanyalah tuan/

Hidup dan mati tidak ketahuan
Di desa mana anakku tertawan/
Putra Angsuna cahaya durja(h)
Anakku biasa bunda permanja/

Dari kecil sampai remaja
Seperti berhala bunda memuja/
Di manakah tempat emas juwita
Dibuangkan oleh sukma dewata/
Sampai bunda pergi beserta
Hidup dan mati bersamalah kita/
Di gunung mana anakku diletakkan
Di hutan mana tuan disesatkan/

Betapakah perinya minum dan makan
Mengapa bunda tuan tinggalkan/
Putraku biasa tidur di tilam
Barangkali terjatuh di hutan yang kelam/

Tercampak karangan di jurang yang dalam
Bunda bercinta siang dan malam/
Permaisuri menangis menepuk dada
Sambil meratap menyeru anakanda/
Putra bangsawan jiwanya bunda
Suramlah cahaya mahkota ayahanda/
Sangatlah menangis permaisuri
Selaku pingsan merebahkan diri/
Olehnya baginda segera disandari
Ramailah menangis seisinya puri//



Tema : seorang putri bernama Ken Tambuhan yang dijadikan persembahan kepada Sang Ratu Kauripan.

Amanat : Syair Ken Tambuhan mengingatkan kita akan besarnya kasih sayang orangtua yang ditunjukkan dengan kesedihan Ratu Kuripan yang amat dalam karena kehilangan putrinya.




Syair Burung Pungguk

Pertama mula Pungguk merindu,
Berbunyilah guruh mendayu-dayu,
Hatinya rawan bercampur pilu,
Seperti dihiris dengan sembilu.

Pungguk bermadah seraya merawan,
“wahai Bulan,terbitlah tuan,
Gundahku tidak berketahuan,
Keluarlah tercelah awan,”

Sebuah tilam kita beradu,
Mendengarkan pungguk merindu,
Suaranya halus tersedu-sedu,
Laksana orang berahikan jodoh

Pungguk merawan setiap bulan,
Sebilang jitun berlompatan,
Bulan mengandung disebelah lautan,
Mendengarnya bersambut-sambutan….

Di atas beraksa berapa lama,
Gilakan cahaya bulan purnama,
Jikalau bulan jatuh kerama,
Di manakah dapat pungguk bersama.

“Pungguk bermadah seraya merawan,
Wahai bulan terbitlah tuan,
Gundahku tidak berketahuan,
Keluarlah bulan tercelah awan,”


Tema : bulan dilambangkan sebagai suatu asa yang di nantikan oleh penyair agar menerangi hatinya yang tengah dalam kegelapan.

Amanat : Petikan rangkap daripada syair burung pungguk memperlihatkan satu makna mengenai asa, penyair mencoba menggambarkan makna asa tersebut melalui bulan. Bulan biasanya digambarkan sebagai sesuatu yang cantik,mulia dan bercahaya. Cahaya bulan mampu menerangi alam semesta ketika hadirnya malam (kegelapan),begitu juga dengan makna yang ingin ditonjolkan dalam syair tersebut, 


Sumber 1

26 komentar:

  1. ijin copy min buat tugas adek haehhehhehehehhehe

    BalasHapus
  2. terimakasih karena postingan anda sudah cukup membantu saya :)

    BalasHapus
  3. makasih sobat syairnya..
    saya lagi ada tugas

    BalasHapus
  4. Balasan
    1. gunakan CTRL + C untk mengcopy.

      Trims ats kunjngnnya, semoga membantu

      Hapus
  5. Pas bangett :) lagi ada tugas bhs.indonesia disuruh cari syair tema amanat
    pas lagi cari cari syair ehh ketemu inii, udah ada tema amanatnya lagi :D
    wkwkwks ~ izin copy yaaa minn :)

    BalasHapus
  6. Izin copas buat tugas ya.. ^^
    Thanks!

    BalasHapus
  7. Balasan
    1. Silahkan
      jngan lupa serta kan Link sumbernya zaa
      thx

      Hapus
  8. izin cofi ya buat tugas bhasa indoneisa

    BalasHapus
  9. Wah keren, omong" ini pengarangnya siapa ya?

    BalasHapus
  10. Kalau yang syair burung pungguk yang awal kalimatnya berbunyi "Bulan Purnama cahayanya terang" Itu apa Arti/maknanya??

    BalasHapus
  11. Keren,,
    izin copy yh, buat tugas b. Indo

    BalasHapus

~*~ Setelah membaca jangan lupa meninggalkan komentarnya, untuk kemajuan blog ini. Terima kasih atas kunjungannya ~*~

twitterfacebookgoogle plusemail